https://www.seminarisdmhokeng.sch.id/beritahttps://www.seminarisdmhokeng.sch.id/berita
Oleh: John Fisher Yosep Wure Wujon (Siswa SMAS Seminari San
Dominggo, kelas XII)
Pendahuluan
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari
perkembangan teknologi modern yang mempunyai peran penting dalam berbagai
disiplin dan memajukan daya pikir manusia.[1] Pemanfaatan ilmu
ini yang luas memunculkan model pembelajaran kontekstual di berbagai instasi
pendidikan formal termasuk SMAS Seminari San Dominggo. Model soal kontekstual
atau yang akrab dikenal sebagai soal cerita menjadi salah satu bentuk
pendekatan kontekstual yang kerap dilakukan dalam pembelajaran. Sejatinya, soal
cerita akrab dengan kehidupan sehingga hasil belajar yang diharapkan adalah
pemahaman yang mendalam terhadap pemecahan masalah matematis di kehidupan
sehari-hari.
Seperti halnya metode pembelajaran yang lain,
pembelajaran dengan soal cerita juga bukan tanpa kesukaran. Acap kali, hasil
belajar siswa dengan model soal cerita – yang memang memuat lebih banyak
indikator penilaian—justru tidak memenuhi hasil yang diharapkan. Testimoni pada
beberapa siswa kelas X SMAS Seminari San Dominggo tahun ajaran 2023/2024
setelah mereka mempelajari materi barisan dan deret aritmatika, menemukan bahwa
banyak siswa yang melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal cerita.
Kesalahan-kesalahan siswa ini secara ilmiah dapat ditelusuri dengan erbagai
pendekatan. Satu diantaranya adalah Klasifikasi Kastolan. Pertalian pendekatan
ini dengan hasil testimoni siswa kelas X SMAS Seminari San Dominggo tahun
ajaran 2023/2024 sebelumnya memunculkan beberapa pertanyaan yaitu bagaimana
kesalahan penyelesaian soal cerita aritmatika menurut klasifikasi Kastolan pada
siswa kelas X SMAS Seminari San Dominggo tahun ajaran 2023/2024?Apa saja faktor
yang menyebabkannya? Bagaimana solusi yang dapat diambil?
Klasifikasi Kastolan dan Kesalahan Penyelesaian Soal Cerita
Kesalahan menurut
teori Kastolan merupakan penyimpangan seseorang yang telah meyakini sesuatu
bahwa hal tersebut adalah benar yang telah disepakati bersama-sama sebelumnya.[2] Klasifikasi
kastolan adalah metode yang digunakan untuk menguraikan dan mengelompokkan
kesalahan penyelesaian soal matematika ke dalam tiga golongan yaitu kesalahan
konseptual, kesalahan prosedural dan kesalahan teknikal.[3] Kesalahan
konseptual terjadi apabila siswa salah menafsir soal sehingga keliru menentukan
rumus atau teori yang harus digunakan, kesalahan prosedural terjadi
apabila langkah-langkah atau prosedur yang digunakan kurang tepat sehingga
jawaban menjadi keliru ataupun jawaban menjadi bentuk lain yang belum sederhana
sedangkan kesalahan teknikal terjadi apabila siswa kurang teliti dalam
melakukan perhitungan atau kesalahan dalam penulisan.[4]
Dengan menggunakan pendekatan
Klasifikasi Kastolan pada pekerjaan siswa kelas X SMAS Seminari San
Dominggo tahun ajaran 2023/2024 diperoleh kesalahan-kesalahan yang umumnya
dilakukan siswa sebagai berikut.
1. Kesalahan Konseptual
Kesalahan-kesalahan konseptual yang ditemukan pada pekerjaan siswa adalah
Pertama, siswa salah menentukan rumus,
teorema atau definisi untuk menjawab masalah. Hal ini dilihat dari
beberapa keadaan yang ada pada hasil pekerjaan siswa yaitu, siswa tidak
menuliskan kembali keterangan soal ke dalam bentuk konsep matematis.
Hal ini menunjukkan siswa belum memahami representasi dan definisi konsep
matematis dalam permasalahan soal. Sebagai akibatnya muncul keadaan kedua pada
jawaban tersebut yaitu siswa salah memasukkan nilai variabel pada rumus.
Kedua,
siswa menggunaan rumus, teorema, atau definisi yang tidak sesuai dengan kondisi
prasyarat berlakunya rumus, teorema, atau definisi tersebut. Pada
pekerjaan siswa kelas X SMAS Seminari San Dominggo tahun ajaran 2023/2024 pada
soal materi aritmatika, kesalahan ini terjadi ketika siswa salah menggunakan
rumus baris aritmatika untuk permasalahan deret aritmatika.
Ketiga, siswa tidak menuliskan rumus atau definisi dalam menjawab
soal. Hal ini ditunjukkan pada jawaban yang tidak memulai
menyelesaikan soal dengan menuliskan kembali definisi soal ke dalam model
matematis. Akibatnya siswa tidak dapat menentukan rumus yang harus digunakan
untuk menyelesaikan permasalahan pada soal. Kesalahan ini juga terjadi pada
pekerjaan siswa yang tidak memberikan keterangan atau pengantar pada jawaban
mengenai definisi dari prosedur yang sedang atau akan ia selesaikan. Hal ini
mengakibatkan pekerjaan siswa tidak terarah untuk menyelesaikan permasalahan
namun dikerjakan hanya berdasarkan rumus. Artinya bahwa siswa hanya berusaha
mengganti variabel pada rumus dengan keterangan pada soal tanpa membuat
rancangan penyelesaian masalah berdasarkan definisi-definisi yang dapat
diperoleh dari keterangan soal.
2. Kesalahan Prosedural
Ada dua jenis kesalahan prosedural yang ditemukan yaitu :
Pertama,
langkah-langkah yang digunakan siswa tidak hierarkis. Kesalahan ini terjadi
ketika tanpa prosedur yang jelas siswa langsung menentukan jawaban dari
permasalahan. Jenis kesalahan ini erat kaitannya dengan jenis kesalahan
konseptual karena siswa cenderung mengerjakan soal dengan tidak hierarkis
ketika siswa tidak memahami konsep matematis pada soal.
Kedua,
Siswa salah atau tidak mampu memanipulasi langkah-langkah untuk menjawab
suatu masalah. Kesalahan ini umumnya dimulai ketika siswa tidak
menentukan dengan benar definisi dan konsep permasalahan sehingga siswa tidak
dapat menentukan permasalahan soal serta nilai variabel untuk rumus yang dapat
digunakan. Selain itu siswa tidak dapat memodelkan hubungan antara tiap
keterangan soal sehingga siswa tidak dapat memodelkan bentuk
matematis yang lebih lanjut dari sebuah rumus umum. Akibatnya siswa
tidak dapat memanipulasi rumus dan langkah-langkah penyelesaian soal dan hanya
terpaku untuk mengganti nilai-nilai variabel pada rumus.
3. Kesalahan Teknikal
Berikut adalah kesalahan-kesalahan teknikal yang kerap ditemukan.
Pertama, siswa salah dalam menghitung nilai dari suatu operasi
hitung. Kesalahan ini terjadi karena kemampuan dan teknik berhitung siswa
masih kurang baik. Teknik berhitung yang kurang baik mengakibatkan kekeliruan
dalam mengkalkulasi nilai suatu operasi. Hal ini bisa sangat mempengaruhi
seluruh pekerjaan karena jawaban pada satu operasi mempengaruhi jawaban pada
operasi selanjutnya.
Kedua, siswa salah memindahkan konstanta atau variabel ke langkah-langkah
lainnya. Kesalahan ini terjadi karena kemampuan teknis siswa untuk mengolah
suatu operasi menjadi operasi lainnya masih kurang. Hasil operasi yang tidak
dituliskan kembali atau dituliskan pada tempat yang salah mempengaruhi
keseluruhan nilai yang didapatkan dari operasi tersebut.
Selain ditemukan
kesalahan-kesalahan tersebut, sekurang-kurangnya ada beberapa faktor yang
teramati menjadi penyebab umum siswa melakukan kesalahan. Faktor-faktor
tersebut diantaranya adalah siswa sibuk dengan urusannya
masing-masing ketika mengikuti pembelajaran, siswa tidak menyimak dengan
baik pemberian materi dari pengajar, siswa masih kurang memahami konsep
matematis serat hubungan antar tiap konsep matematis dalam soal cerita, siswa
tidak menggunakan prosedur penyelesaian soal yang tepat dalam menyelesaikan
soal serta siswa kurang memahami dengan baik teknik dan tanda operasi matematis
dalam menyelesaikan soal.
Penutup; Melangkah Dari Kesalahan
Kesalahan memang bukan
akhir dari pembelajaran. Bak pepatah “ Pengalaman adalah guru terbaik”, yang
sejalan dengan adagium latin “ repetitio est mater studiorum”,
kesalahan-kesalahan yang ditemukan pada jawaban siswa khususnya pada siswa
kelas X SMAS Seminari San Dominggo tahun ajarann 2023/2024 adalah suatu
pengalaman yang menjadi modal untuk perbaikan dan peningkatan kemampuan
matematis siswa kedepannya. Dari kesalahan-kesalahan dan faktor-faktor tersebut
dapat dipetakan solusi untuk sekurang-kurangnya membantu mengurangi atau bahkan
mengatasi kesalahan-kesalahan yang kerap dilakukan siswa ketika menyelesaikan
soal cerita matematika. Langkah-langkah yang dapat diambil tersebut adalah :
Pertama, siswa harus lebih mengenalkan dirinya dengan
permasalahan matematis dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat dilakukan
dengan memperbanyak kegiatan literasi dan numerasi menggunakan model-model soal
cerita. Hal ini dapat dilakukan siswa sendiri maupun dengan bantuan guru untuk
memperluas pemahaman konsep matematis siswa pada permasalahan kontekstual.
Kedua, siswa sendiri
perlu mengembangkan kemampuan numerasi, khususnya dalam memodelkan permasalahan
matematis, berlatih dan mengembangkan kemampuan untuk memanipulasi prosedur
secara tepat, serta menghitung nilai suatu operasi dan menuliskan
langkah-langkah operasi secara teliti.
Ketiga, guru dapat
menggunakan metode pengajaran atau pendekatan yang menekankan kemampuan
analitis pada permasalahan matematis sehari-hari serta membina siswa
mengembangkan model matematis dari permasalahan matematika yang ditemuinya.
Dengan demikian siswa dapat memodifikasi rumus dan konsep matematika sesuai
kebutuhannya untuk memecahkan masalah tertentu.
Keempat, siswa perlu
meningkatkan perhatian dan konsentrasinya selama mempelajari matematika agar
dapat mengikuti dan menyimak dengan baik penjelasan materi oleh guru. Guru juga
dapat memperhatikan hal ini dan menjaga perhatian dan konsentrasi siswa dengan
pembelajaran yang interaktif dan kreatif sehingga siswa tidak cepat bosan dan
mengalihkan perhatiannya pada hal lain.
Hal-hal ini menjadi opsi solutif untuk mengatasi
kesalahan-kesalahan yang sering terjadi dalam penyelesaian soal cerita
matematika.
Oleh: John Fisher Yosep Wure Wujon (Siswa SMAS Seminari San
Dominggo, kelas XII)
Pendahuluan
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari
perkembangan teknologi modern yang mempunyai peran penting dalam berbagai
disiplin dan memajukan daya pikir manusia.[1] Pemanfaatan ilmu
ini yang luas memunculkan model pembelajaran kontekstual di berbagai instasi
pendidikan formal termasuk SMAS Seminari San Dominggo. Model soal kontekstual
atau yang akrab dikenal sebagai soal cerita menjadi salah satu bentuk
pendekatan kontekstual yang kerap dilakukan dalam pembelajaran. Sejatinya, soal
cerita akrab dengan kehidupan sehingga hasil belajar yang diharapkan adalah
pemahaman yang mendalam terhadap pemecahan masalah matematis di kehidupan
sehari-hari.
Seperti halnya metode pembelajaran yang lain,
pembelajaran dengan soal cerita juga bukan tanpa kesukaran. Acap kali, hasil
belajar siswa dengan model soal cerita – yang memang memuat lebih banyak
indikator penilaian—justru tidak memenuhi hasil yang diharapkan. Testimoni pada
beberapa siswa kelas X SMAS Seminari San Dominggo tahun ajaran 2023/2024
setelah mereka mempelajari materi barisan dan deret aritmatika, menemukan bahwa
banyak siswa yang melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal cerita.
Kesalahan-kesalahan siswa ini secara ilmiah dapat ditelusuri dengan erbagai
pendekatan. Satu diantaranya adalah Klasifikasi Kastolan. Pertalian pendekatan
ini dengan hasil testimoni siswa kelas X SMAS Seminari San Dominggo tahun
ajaran 2023/2024 sebelumnya memunculkan beberapa pertanyaan yaitu bagaimana
kesalahan penyelesaian soal cerita aritmatika menurut klasifikasi Kastolan pada
siswa kelas X SMAS Seminari San Dominggo tahun ajaran 2023/2024?Apa saja faktor
yang menyebabkannya? Bagaimana solusi yang dapat diambil?
Klasifikasi Kastolan dan Kesalahan Penyelesaian Soal Cerita
Kesalahan menurut
teori Kastolan merupakan penyimpangan seseorang yang telah meyakini sesuatu
bahwa hal tersebut adalah benar yang telah disepakati bersama-sama sebelumnya.[2] Klasifikasi
kastolan adalah metode yang digunakan untuk menguraikan dan mengelompokkan
kesalahan penyelesaian soal matematika ke dalam tiga golongan yaitu kesalahan
konseptual, kesalahan prosedural dan kesalahan teknikal.[3] Kesalahan
konseptual terjadi apabila siswa salah menafsir soal sehingga keliru menentukan
rumus atau teori yang harus digunakan, kesalahan prosedural terjadi
apabila langkah-langkah atau prosedur yang digunakan kurang tepat sehingga
jawaban menjadi keliru ataupun jawaban menjadi bentuk lain yang belum sederhana
sedangkan kesalahan teknikal terjadi apabila siswa kurang teliti dalam
melakukan perhitungan atau kesalahan dalam penulisan.[4]
Dengan menggunakan pendekatan
Klasifikasi Kastolan pada pekerjaan siswa kelas X SMAS Seminari San
Dominggo tahun ajaran 2023/2024 diperoleh kesalahan-kesalahan yang umumnya
dilakukan siswa sebagai berikut.
1. Kesalahan Konseptual
Kesalahan-kesalahan konseptual yang ditemukan pada pekerjaan siswa adalah
Pertama, siswa salah menentukan rumus,
teorema atau definisi untuk menjawab masalah. Hal ini dilihat dari
beberapa keadaan yang ada pada hasil pekerjaan siswa yaitu, siswa tidak
menuliskan kembali keterangan soal ke dalam bentuk konsep matematis.
Hal ini menunjukkan siswa belum memahami representasi dan definisi konsep
matematis dalam permasalahan soal. Sebagai akibatnya muncul keadaan kedua pada
jawaban tersebut yaitu siswa salah memasukkan nilai variabel pada rumus.
Kedua,
siswa menggunaan rumus, teorema, atau definisi yang tidak sesuai dengan kondisi
prasyarat berlakunya rumus, teorema, atau definisi tersebut. Pada
pekerjaan siswa kelas X SMAS Seminari San Dominggo tahun ajaran 2023/2024 pada
soal materi aritmatika, kesalahan ini terjadi ketika siswa salah menggunakan
rumus baris aritmatika untuk permasalahan deret aritmatika.
Ketiga, siswa tidak menuliskan rumus atau definisi dalam menjawab
soal. Hal ini ditunjukkan pada jawaban yang tidak memulai
menyelesaikan soal dengan menuliskan kembali definisi soal ke dalam model
matematis. Akibatnya siswa tidak dapat menentukan rumus yang harus digunakan
untuk menyelesaikan permasalahan pada soal. Kesalahan ini juga terjadi pada
pekerjaan siswa yang tidak memberikan keterangan atau pengantar pada jawaban
mengenai definisi dari prosedur yang sedang atau akan ia selesaikan. Hal ini
mengakibatkan pekerjaan siswa tidak terarah untuk menyelesaikan permasalahan
namun dikerjakan hanya berdasarkan rumus. Artinya bahwa siswa hanya berusaha
mengganti variabel pada rumus dengan keterangan pada soal tanpa membuat
rancangan penyelesaian masalah berdasarkan definisi-definisi yang dapat
diperoleh dari keterangan soal.
2. Kesalahan Prosedural
Ada dua jenis kesalahan prosedural yang ditemukan yaitu :
Pertama,
langkah-langkah yang digunakan siswa tidak hierarkis. Kesalahan ini terjadi
ketika tanpa prosedur yang jelas siswa langsung menentukan jawaban dari
permasalahan. Jenis kesalahan ini erat kaitannya dengan jenis kesalahan
konseptual karena siswa cenderung mengerjakan soal dengan tidak hierarkis
ketika siswa tidak memahami konsep matematis pada soal.
Kedua,
Siswa salah atau tidak mampu memanipulasi langkah-langkah untuk menjawab
suatu masalah. Kesalahan ini umumnya dimulai ketika siswa tidak
menentukan dengan benar definisi dan konsep permasalahan sehingga siswa tidak
dapat menentukan permasalahan soal serta nilai variabel untuk rumus yang dapat
digunakan. Selain itu siswa tidak dapat memodelkan hubungan antara tiap
keterangan soal sehingga siswa tidak dapat memodelkan bentuk
matematis yang lebih lanjut dari sebuah rumus umum. Akibatnya siswa
tidak dapat memanipulasi rumus dan langkah-langkah penyelesaian soal dan hanya
terpaku untuk mengganti nilai-nilai variabel pada rumus.
3. Kesalahan Teknikal
Berikut adalah kesalahan-kesalahan teknikal yang kerap ditemukan.
Pertama, siswa salah dalam menghitung nilai dari suatu operasi
hitung. Kesalahan ini terjadi karena kemampuan dan teknik berhitung siswa
masih kurang baik. Teknik berhitung yang kurang baik mengakibatkan kekeliruan
dalam mengkalkulasi nilai suatu operasi. Hal ini bisa sangat mempengaruhi
seluruh pekerjaan karena jawaban pada satu operasi mempengaruhi jawaban pada
operasi selanjutnya.
Kedua, siswa salah memindahkan konstanta atau variabel ke langkah-langkah
lainnya. Kesalahan ini terjadi karena kemampuan teknis siswa untuk mengolah
suatu operasi menjadi operasi lainnya masih kurang. Hasil operasi yang tidak
dituliskan kembali atau dituliskan pada tempat yang salah mempengaruhi
keseluruhan nilai yang didapatkan dari operasi tersebut.
Selain ditemukan
kesalahan-kesalahan tersebut, sekurang-kurangnya ada beberapa faktor yang
teramati menjadi penyebab umum siswa melakukan kesalahan. Faktor-faktor
tersebut diantaranya adalah siswa sibuk dengan urusannya
masing-masing ketika mengikuti pembelajaran, siswa tidak menyimak dengan
baik pemberian materi dari pengajar, siswa masih kurang memahami konsep
matematis serat hubungan antar tiap konsep matematis dalam soal cerita, siswa
tidak menggunakan prosedur penyelesaian soal yang tepat dalam menyelesaikan
soal serta siswa kurang memahami dengan baik teknik dan tanda operasi matematis
dalam menyelesaikan soal.
Penutup; Melangkah Dari Kesalahan
Kesalahan memang bukan
akhir dari pembelajaran. Bak pepatah “ Pengalaman adalah guru terbaik”, yang
sejalan dengan adagium latin “ repetitio est mater studiorum”,
kesalahan-kesalahan yang ditemukan pada jawaban siswa khususnya pada siswa
kelas X SMAS Seminari San Dominggo tahun ajarann 2023/2024 adalah suatu
pengalaman yang menjadi modal untuk perbaikan dan peningkatan kemampuan
matematis siswa kedepannya. Dari kesalahan-kesalahan dan faktor-faktor tersebut
dapat dipetakan solusi untuk sekurang-kurangnya membantu mengurangi atau bahkan
mengatasi kesalahan-kesalahan yang kerap dilakukan siswa ketika menyelesaikan
soal cerita matematika. Langkah-langkah yang dapat diambil tersebut adalah :
Pertama, siswa harus lebih mengenalkan dirinya dengan
permasalahan matematis dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat dilakukan
dengan memperbanyak kegiatan literasi dan numerasi menggunakan model-model soal
cerita. Hal ini dapat dilakukan siswa sendiri maupun dengan bantuan guru untuk
memperluas pemahaman konsep matematis siswa pada permasalahan kontekstual.
Kedua, siswa sendiri
perlu mengembangkan kemampuan numerasi, khususnya dalam memodelkan permasalahan
matematis, berlatih dan mengembangkan kemampuan untuk memanipulasi prosedur
secara tepat, serta menghitung nilai suatu operasi dan menuliskan
langkah-langkah operasi secara teliti.
Ketiga, guru dapat
menggunakan metode pengajaran atau pendekatan yang menekankan kemampuan
analitis pada permasalahan matematis sehari-hari serta membina siswa
mengembangkan model matematis dari permasalahan matematika yang ditemuinya.
Dengan demikian siswa dapat memodifikasi rumus dan konsep matematika sesuai
kebutuhannya untuk memecahkan masalah tertentu.
Keempat, siswa perlu
meningkatkan perhatian dan konsentrasinya selama mempelajari matematika agar
dapat mengikuti dan menyimak dengan baik penjelasan materi oleh guru. Guru juga
dapat memperhatikan hal ini dan menjaga perhatian dan konsentrasi siswa dengan
pembelajaran yang interaktif dan kreatif sehingga siswa tidak cepat bosan dan
mengalihkan perhatiannya pada hal lain.
Hal-hal ini menjadi opsi solutif untuk mengatasi
kesalahan-kesalahan yang sering terjadi dalam penyelesaian soal cerita
matematika.