https://www.seminarisdmhokeng.sch.id/beritahttps://www.seminarisdmhokeng.sch.id/berita
Pater, dan saudara -saudarku yang terkasih. Pengalaman si
bungsu dalam cerita injil hari ini menyampaikan kisah pertobatan yang sejati.Ia
menyadari kekurangan, keterbatasan, dan kesalahannya, sebelum akhirnya pulang pada
bapanya. Ia dengan bebas dan menjauh dari rumah dan bapanya, tetapi dengan,
tetapi dengan kebebasan yang serupa ia menyadari kesalahan dan memilih Langkah untuk
Kembali. Si bungsu menyadari bahwa berada di rumah selalu merupakan tempat
paling membahagiakan, sekalipun ia hanya menjadi seorang yang durhaka karena
perbuatannya. Kasih seorang bapa kemudian merangkulnya Kembali, bukan sebagai
anak yang durhaka, tetapi sebagai seorang anak yang diutus.
Kita adalah orang-orang berdosa, serupa seorang bungsu yang
menjauh dari rumah dan hidup dalam kenikmatan duniawi. Kita mungkin menyadari
kesalahan dan dosa-dosa kita, namun kerap enggan atau tak mampu memulai Langkah
untuk Kembali.Pertobatan kita kerap berenti pada kesadaran belaka bahwa kita
berdosa. Semangat pertobatan seorang anak bungsu inilah yang seharusnya
dimiliki oleh kita sebagai orang beriman di masa prapaskah ini. Sebab, nama bap
akita adalah Tuhan yang penuh kasih, yang selalu mau menerima setiap pendosa
yang bertobat.
Semoga……….
Egi Riang Hepat
Kelas XI-4