https://www.seminarisdmhokeng.sch.id/beritahttps://www.seminarisdmhokeng.sch.id/berita
Oleh: Kornelis Kuswono Iri, S. Pd
Guru SMAS Seminari San Dominggo
Irak dikenal sebagai Mesopotamia, tempat kelahiran
peradaban pertama dunia dengan beragam
budaya dari budaya Sumeria,
budaya Akkadia,
Babilonia, dan Asyur.
Sebagai peradaban tertua di dunia
Irak dikenal
sebagai daerah konflik antar sesama manusia. Konflik yang berkepanjangan
akhirnya Pemimpin Gereja Katolik Roma, Paus Fransiskus memutuskan untuk mengunjungi Irak pada
hari Jumat 5 Maret sampai dengan
Senin 8 Maret 2021.
Paus Fransiskus menginjakan kaki di negara Irak mengadakan dialog dengan
Pemimpin negara dan Pemimpin agama Islam (Syiah) dengan fokus pembicaraan
tentang persaudaraan umat manusia di kota kelahiran Nabi Abraham. Paus
berdialog dengan tokoh agama dan pemimpin negara Irak merujuk dari
penandatanganan dokumen bersejarah persaudaraan manusia untuk Perdamaian dunia
dan hidup berdampingan pada
tahun 2019 di Abu Dhabi. Perdamaian
dunia sebagai gagasan kebebasan, perdamaian dan kebahagiaan bagi seluruh negara
atau bangsa, perdamaian dunia melintasi perbatasan melalui hak asasi manusia.
Persaudaraan dan perdamaian sebagai keputusan mendasar bagi umat manusia untuk
hidup berdampingan dengan menciptakan nuansan damai antar sesama dan antar
agama. Mesopotamia membawa perdamaian ditengah peperangan yang terjadi sekian
abad. Tempat yang dijuluki
bulan sabit subur pada peradaban menunjukan bahwa ada kesuburan persaudaraan
tercipta kembali setelah kunjungan Paus Fransiskus.
Paus menyerukan akan kebesaran cinta dan kedamaian
terhadap Rakyat Irak dan dunia untuk membangun solidaritas persaudaraan dengan
optimisme menghilangkan individualisme agama tentang siapa yang benar dimata
Tuhan. Kenyataan yang terjadi Tuhan dan agama telah disalahgunakan untuk
menindas orang lain.
Membebaskan rakyat Irak yang tertindas dengan menghadirkan hukum cinta kasih
diantara sesama dokrin dan
aktulisasi perdamaian yang harus dilaksaanakan.
Pembaharuan bagi rakyat Irak mencintai persaudaraan dan menjunjung tinggi
perdamaian langkah konkrit dalam kehidupan sosial akan penting persahabatan
untuk melawan radikalisme, penyalagunaan kekuasaan, politik individualisme,
dan politik identitas agama
yang sedang berkembang di Timur
Tengah. Seruan persaudaraan dan perdamaian merupakan akar penting dari segala
aspek akan penderitaan selama perang berkecambuk di negeri 1001 malam yang
menewaskan jutaan manusia. Pemutusan mata rantai akan kekuasaan yang mutlak dan
peperangan menentukan sikap rakyat Irak untuk tidak memihak kepada kelompok
tertentu, agama tertentu tetapi menyatakan diri bahwa mereka bersama negara,
anti terhadap peperangan dan anti terhadap penindasan terjadi di Irak.
Peristiwa kunjungan Paus sebagai momen bersejarah bagi rakyat Irak untuk
membenahi diri akan pentingnya toleransi dan persaudaraan ditengah persoalan
dunia.
Rumah Abraham dan
toleransi beragama
Persudaraan dan perdamaian sebagai
wujud untuk mengingatkan kepada rakyat
Irak akan piagam madinah dan Abu Dhabi sebuah dokumen yang merajut kebersamaan
seluruh rakyat dengan segala keragaman yang terlepas dari perbedaan agama dan
kabilah (bangsa yang berasal dari satu ayah) memiliki hak dan kewajiban yang
sama. Dalam konteks persaudaraan rakyat Irak kembali melihat ungkapan Sayyiduna
Ali mengatakan bahwa manusia memiliki dua kategori; saudara denganmu sesama
atau setara denganmu dalam kemanusiaan. Misi persaudaraan juga telah diwartakan
Nabi Muhammad SAW “Aku diperintahkan untuk menyambung hubungan kekerabatan
(silaturahim) menghentikan peperangan antara manusia dan manusia, manusia dan
alam”. Kedua pernyataan ini sebagai jalan tengah bagi agama untuk kembali
membawa asal usul rakyat Irak sebagai satu ayah (Abraham) untuk menciptakan
pesaudaraan dan perdamaian diantara anak-anaknya dengan mewariskan nilai-nilai
leluruh nenek moyang yang diperoleh dari
ditanah Ur sebagai rumah rakyat Irak dan dunia pada masa purba. Ukhuwah
wathaniyah (persaudaraan bangsa) dan ukhuwah basyariyah (persaudaraan umat
manusia) sebagai tolak ukur bangsa Irak untuk bersatu dan meninggalkan segala
macam prasangka negatif. Keyakianan yang teguh bahwa ajaran-ajaran asli agama
mengundang rakyat Irak untuk tetap berakar pada nilai-nilai perdamaian; untuk
mempertahankan nilai-nilai bangsa, saling pengertian, persaudaraan manusia dan
hidup bersama yang harmonis; untuk membangun kembali kebijaksanaan, keadilan
dan kasih sayang dengan menghilangkan pikiran materialistis, keserakahan,
kekuasaan, ketidak pedulian dan radikalisme di tengah kehidupan rakyat Irak
maupun dunia.
Rumah Abraham atau Ibarahim sebagai
tempat lahirnya agama islam, kristen dan yahudi di masa silam (tempat peradaban
pertama) dengan persaudaraan yang tinggi sebelum pecah perang salib. Menurut
Karen Amastrong agama adalah soal
akhlak, berperilaku dalam cara mengubah diri sendiri, mengantarkan diri semakin
dekat dengan yang kudus dan sakral. Agama-agama telah mengantarkan pada
keyakinan bahwa inti ajaran agama-agama dapat diringkas dalam kaidah emas yakni
memperlakukan orang lain sebagaimana diri kita ingin diperlakukan. Toleransi
antar agama sebagai sumber kemakmuran, kasih dan cinta dalam menciptakan
kerukunan diantara sesama umat beragama lain. Tuhan menghargai manusia sebagai
subjek yang bebas yang harus menggunakan akal dan segala daya upaya untuk
mencari dan menemukan jawaban atas pertanyaan dan jalan keluar kemelut yang
terjadi. Kehadiran Paus di Irak menjawab kemelut yang terjadi dan Paus sebagai
simbol perdamaian umat manusia untuk saling menghargai dan menghilangkan
penderitaan bagi umat manusia. Paus
hadir ditengah rakyat Irak untuk rekonsiliasi terhadap jarak sosial yang telah
diciptakan di Irak dan menghadirkan agama sebagai sahabat toleransi antar
sesama umat.
Perisitwa yang terjadi di Irak sebagai history
modern akan kehadiran pemimpin Agama
Katolik membuka diri dengan peneguhan bahwa hidup manusia berharga dimata Tuhan. Karena kepribadiaan iman dan kepercayaan seseorang terhadap agama manapun tetap
menjadi ciptaan Allah yang luhur untuk
melaksanakan tugas-tugas seperti menwujudkan masyarakat yang adil, makmur,
persaudaraan, perdamaian dan beriman kepada Tuhan, sebagai balasan menerima
cinta serta perlindungan dari Allah.Toleransi beragama menjiwai rakyat Irak
modern bahwa Irak adalah rumah Abraham yang dijuluki sebagai bapa bangsa,
rumah untuk semua agama, rumah untuk
semua umat dengan pembuktian pelayanan setia Abraham terhadap Tuhan dan
terhadap umat dengan menyelamatkan manusia di dunia ketika air bah. Paus juga
telah menyatukan transendensi bagi rakyat Irak yang menyelamatkan dan menjadi
batin manusia sambil membawa keselamatan dalam diri pribadi manusia. Jika
manusia mengklaim hamba Tuhan harus taat dan mampu mentransformasikan keinginan
Tuhan yang cinta akan seluruh makhluknya dan harus disadari bersama bahwa Tuhan
menginginkan perdamaian.
Oleh: Kornelis Kuswono Iri, S. Pd
Guru SMAS Seminari San Dominggo
Irak dikenal sebagai Mesopotamia, tempat kelahiran
peradaban pertama dunia dengan beragam
budaya dari budaya Sumeria,
budaya Akkadia,
Babilonia, dan Asyur.
Sebagai peradaban tertua di dunia
Irak dikenal
sebagai daerah konflik antar sesama manusia. Konflik yang berkepanjangan
akhirnya Pemimpin Gereja Katolik Roma, Paus Fransiskus memutuskan untuk mengunjungi Irak pada
hari Jumat 5 Maret sampai dengan
Senin 8 Maret 2021.
Paus Fransiskus menginjakan kaki di negara Irak mengadakan dialog dengan
Pemimpin negara dan Pemimpin agama Islam (Syiah) dengan fokus pembicaraan
tentang persaudaraan umat manusia di kota kelahiran Nabi Abraham. Paus
berdialog dengan tokoh agama dan pemimpin negara Irak merujuk dari
penandatanganan dokumen bersejarah persaudaraan manusia untuk Perdamaian dunia
dan hidup berdampingan pada
tahun 2019 di Abu Dhabi. Perdamaian
dunia sebagai gagasan kebebasan, perdamaian dan kebahagiaan bagi seluruh negara
atau bangsa, perdamaian dunia melintasi perbatasan melalui hak asasi manusia.
Persaudaraan dan perdamaian sebagai keputusan mendasar bagi umat manusia untuk
hidup berdampingan dengan menciptakan nuansan damai antar sesama dan antar
agama. Mesopotamia membawa perdamaian ditengah peperangan yang terjadi sekian
abad. Tempat yang dijuluki
bulan sabit subur pada peradaban menunjukan bahwa ada kesuburan persaudaraan
tercipta kembali setelah kunjungan Paus Fransiskus.
Paus menyerukan akan kebesaran cinta dan kedamaian
terhadap Rakyat Irak dan dunia untuk membangun solidaritas persaudaraan dengan
optimisme menghilangkan individualisme agama tentang siapa yang benar dimata
Tuhan. Kenyataan yang terjadi Tuhan dan agama telah disalahgunakan untuk
menindas orang lain.
Membebaskan rakyat Irak yang tertindas dengan menghadirkan hukum cinta kasih
diantara sesama dokrin dan
aktulisasi perdamaian yang harus dilaksaanakan.
Pembaharuan bagi rakyat Irak mencintai persaudaraan dan menjunjung tinggi
perdamaian langkah konkrit dalam kehidupan sosial akan penting persahabatan
untuk melawan radikalisme, penyalagunaan kekuasaan, politik individualisme,
dan politik identitas agama
yang sedang berkembang di Timur
Tengah. Seruan persaudaraan dan perdamaian merupakan akar penting dari segala
aspek akan penderitaan selama perang berkecambuk di negeri 1001 malam yang
menewaskan jutaan manusia. Pemutusan mata rantai akan kekuasaan yang mutlak dan
peperangan menentukan sikap rakyat Irak untuk tidak memihak kepada kelompok
tertentu, agama tertentu tetapi menyatakan diri bahwa mereka bersama negara,
anti terhadap peperangan dan anti terhadap penindasan terjadi di Irak.
Peristiwa kunjungan Paus sebagai momen bersejarah bagi rakyat Irak untuk
membenahi diri akan pentingnya toleransi dan persaudaraan ditengah persoalan
dunia.
Rumah Abraham dan
toleransi beragama
Persudaraan dan perdamaian sebagai
wujud untuk mengingatkan kepada rakyat
Irak akan piagam madinah dan Abu Dhabi sebuah dokumen yang merajut kebersamaan
seluruh rakyat dengan segala keragaman yang terlepas dari perbedaan agama dan
kabilah (bangsa yang berasal dari satu ayah) memiliki hak dan kewajiban yang
sama. Dalam konteks persaudaraan rakyat Irak kembali melihat ungkapan Sayyiduna
Ali mengatakan bahwa manusia memiliki dua kategori; saudara denganmu sesama
atau setara denganmu dalam kemanusiaan. Misi persaudaraan juga telah diwartakan
Nabi Muhammad SAW “Aku diperintahkan untuk menyambung hubungan kekerabatan
(silaturahim) menghentikan peperangan antara manusia dan manusia, manusia dan
alam”. Kedua pernyataan ini sebagai jalan tengah bagi agama untuk kembali
membawa asal usul rakyat Irak sebagai satu ayah (Abraham) untuk menciptakan
pesaudaraan dan perdamaian diantara anak-anaknya dengan mewariskan nilai-nilai
leluruh nenek moyang yang diperoleh dari
ditanah Ur sebagai rumah rakyat Irak dan dunia pada masa purba. Ukhuwah
wathaniyah (persaudaraan bangsa) dan ukhuwah basyariyah (persaudaraan umat
manusia) sebagai tolak ukur bangsa Irak untuk bersatu dan meninggalkan segala
macam prasangka negatif. Keyakianan yang teguh bahwa ajaran-ajaran asli agama
mengundang rakyat Irak untuk tetap berakar pada nilai-nilai perdamaian; untuk
mempertahankan nilai-nilai bangsa, saling pengertian, persaudaraan manusia dan
hidup bersama yang harmonis; untuk membangun kembali kebijaksanaan, keadilan
dan kasih sayang dengan menghilangkan pikiran materialistis, keserakahan,
kekuasaan, ketidak pedulian dan radikalisme di tengah kehidupan rakyat Irak
maupun dunia.
Rumah Abraham atau Ibarahim sebagai
tempat lahirnya agama islam, kristen dan yahudi di masa silam (tempat peradaban
pertama) dengan persaudaraan yang tinggi sebelum pecah perang salib. Menurut
Karen Amastrong agama adalah soal
akhlak, berperilaku dalam cara mengubah diri sendiri, mengantarkan diri semakin
dekat dengan yang kudus dan sakral. Agama-agama telah mengantarkan pada
keyakinan bahwa inti ajaran agama-agama dapat diringkas dalam kaidah emas yakni
memperlakukan orang lain sebagaimana diri kita ingin diperlakukan. Toleransi
antar agama sebagai sumber kemakmuran, kasih dan cinta dalam menciptakan
kerukunan diantara sesama umat beragama lain. Tuhan menghargai manusia sebagai
subjek yang bebas yang harus menggunakan akal dan segala daya upaya untuk
mencari dan menemukan jawaban atas pertanyaan dan jalan keluar kemelut yang
terjadi. Kehadiran Paus di Irak menjawab kemelut yang terjadi dan Paus sebagai
simbol perdamaian umat manusia untuk saling menghargai dan menghilangkan
penderitaan bagi umat manusia. Paus
hadir ditengah rakyat Irak untuk rekonsiliasi terhadap jarak sosial yang telah
diciptakan di Irak dan menghadirkan agama sebagai sahabat toleransi antar
sesama umat.
Perisitwa yang terjadi di Irak sebagai history
modern akan kehadiran pemimpin Agama
Katolik membuka diri dengan peneguhan bahwa hidup manusia berharga dimata Tuhan. Karena kepribadiaan iman dan kepercayaan seseorang terhadap agama manapun tetap
menjadi ciptaan Allah yang luhur untuk
melaksanakan tugas-tugas seperti menwujudkan masyarakat yang adil, makmur,
persaudaraan, perdamaian dan beriman kepada Tuhan, sebagai balasan menerima
cinta serta perlindungan dari Allah.Toleransi beragama menjiwai rakyat Irak
modern bahwa Irak adalah rumah Abraham yang dijuluki sebagai bapa bangsa,
rumah untuk semua agama, rumah untuk
semua umat dengan pembuktian pelayanan setia Abraham terhadap Tuhan dan
terhadap umat dengan menyelamatkan manusia di dunia ketika air bah. Paus juga
telah menyatukan transendensi bagi rakyat Irak yang menyelamatkan dan menjadi
batin manusia sambil membawa keselamatan dalam diri pribadi manusia. Jika
manusia mengklaim hamba Tuhan harus taat dan mampu mentransformasikan keinginan
Tuhan yang cinta akan seluruh makhluknya dan harus disadari bersama bahwa Tuhan
menginginkan perdamaian.